Sabtu, 22 Januari 2011

Cinta Untuk Dikenang Dalam Air Mata




Prolog

Cinta?
Apa arti cinta, bila hanya membuat luka dan kesedihan?
Apakah Tuhan adil?
Kalau memang Tuhan adil, kenapa Tuhan mengambil orang yang aku Cintai dalam hidup ini....
dan sekarang aku harus meninggalkan orang yang aku cintai
apakah ini jawaban atas nama cinta dalam hidup?
Atau hanya sebuah cinta untuk dikenangan dalam air mata.

* * *

Pagi mulai memuncak, embun pagi pun mulai menghiasi halaman rumah Rea, tercermin dari raut wajahnya kelelahan, maklum Rea kan baru pindah rumah, dia pindah dari Jakarta ke bandung, ke kota asal tempat Ibunya dilahirkan. Rea anak tunggal dari pasangan seorang penulis ternama, Akan tetapi kehidupan Rea berubah saat Tuhan memanggil Ibunya.
Terlihat seorang pria sedang duduk asik diteras rumah dengan ditemani secangkir kopi dan sebuah surat kabar edisi hari ini.
“pagi ayah...” ucap Rea sambil memeluk ayahnya dari belakang”
“anak ayah sudah bangun... cepet mandi sekarang kan hari pertama masuk sekolah, jadi anak ayah yang cantik ini gak boleh terlambat”
“siap bos...” dengan gitu aja Rea pergi meninggalkan ayahnya untuk mandi.

Suasana sekolah begitu hening, Rea berjalan menuju ruang TU dengan ditemanin ayahnya.
“selamat belajar ya sayang...” ucap ayahnya sambil meninggalkan Rea”
Rea berjalan ke arah kelas bersama seorang guru.
“selamat pagi Ibu Lia, saya membawa murid baru pindahan dari Jakarta.
“selamat pagi juga Ibu Tika, terima kasih... bu, masuk nak... dan tolong perkenalkan diri kamu” ucap Ibu Lia “
“selamat pagi semuanyan, nama saya Rea Handika Rasasti Putri, pindahan dari Jakarta”
“Rea kamu duduk disebelah Ici. “ ucap Ibu Lia sambil menunjukan tempat duduk persis didepan Rea”
“nama aku Ici, selamat datang ya di sekolah dan kelas baru” ucap Ici tersenyum sambil memperkenalkan dirinya.

Triiiiiiiing... bunyi bel pulang sekolah terdengar jelas ditelinga para siswa-siswi SMA Pelita Harapan. Rea dan Ici berjalan menuju gerbang utama sekolah.
“kenapa pindah sekolah Rea? “Tanya Ici”
“ikut ayah.
“memangnya ayah kamu pindah kerja?
“enggak juga, ibu aku kan asli orang Bandung, ayah juga udah suntuk tinggal di Jakarta, penuh polusi, macet pula kalau mau kemana-mana. “ ucap Rea dengan senyum manisnya itu”
“oia... ayah aku udah jemput, duluan ya...
“Ici... tadi siapa? Anak baru ya? “ Tanya Ical
“namanya Rea, dia pindahan dari Jakarta, cantik ya... atau jangan- jangan kamu naksir lagi.
“salamin aja dari aa Ical bin mahmud, hehehe…”
“iya nanti aku salamin, tapi jangan sedih kalau dia nolak salam dari orang cablak macem kaya kamu, hehehe... “ canda Ici”
“cantik juga, tapi sayang dijemput sama om-om” ucap Devan ketus”
“dia bukan om – om, tapi yang tadi jemput itu ayahnya”
“masa sih? Enggak keliatan kaya ayahnya masih muda gitu, bawaannya mercy pula...” ucap Ical”
“udah ah... jadi ngomongin orang dosa tahu, kalau mau kenal besok aja samperin orangnya. balik yu... laper nih...” keluh Tias”

* * *

3 bulan kemudia.
Di sekolah dan kelas Rea begitu gaduh, banyak orang yang membicarakan Rea, bahwa dia piaraan Om-om. Rea melihat ke sekelilingnya, mereka semua memandang Rea begitu sinis, tapi Rea enggak tegang, dia bersikap tenang dan tersenyum walau dia menjadi bahan gunjingan orang-orang disekelilingnya.
“Rea, kamu bener simpenan Om- om, sebelumnya minta maaf ya aku ngomong gini” Tanya ici”
“menurut kamu?” ucap Rea tersenyum”
“dia beneran ayah aku, masih enggak percaya juga? Suatu saat kamu juga tahu mana omongan yang bener mana omongan yang salah, aku atau mereka”
Pandangan Rea begitu suram, kepalanya terasa pusing dan enggak berapa lama kemudia Rea terjatuh dan pingsan.
Mata Rea perlahan terbuka, terlihat disekelilingnya Ibu Lia, Ici, Tias, Ical dan Devan.
“Rea kamu sadar nak... “ucap Ibu Lia cemas”
“Rea enggak kenapa-napa ko bu, Ibu gak usah khawatir”
“apa perlu ibu telpon ayah kamu?
“enggak perlu, Rea masih bisa pulang sendiri kok, sekalian Rea mau kerumah sakit dulu, akhir-akhir ini Rea sering pusing.
“ya sudah kalau begitu, kamu boleh pulang sekarang, tapi dengan catatan kamu diantar oleh Ici dan Tias.
“iya Ibu, terimakasih”

* * *

3hari kemudian
Rea berjalan ke arah Laboraturium untuk mengetahui hasil pemeriksaan dari dokter. Seorang suster memberika amplop putih kepada Rea. Perlahan Rea membuka amplop putih itu dan membacanya secara perlahan, tiba - tiba saja Rea terkejut dan meneteskan air mata sambil duduk lemas diruang tunggu.
“kanker otak? Stadium 4? Ya Tuhan...“ucap Tias kaget”
“jangan ada yang tau soal ini ya, kecuali kalian. aku mohon...
“tapi Rea... Ayah kamu harus tahu” ucap Ici”
“aku mohon, aku belum siap bilang hal ini sama ayah, kalian bisa ikut aku?”
“kemana?
“aku mau tunjukin sesuatu sama kalian”

* * *

“ loh... bukanya ini pria yang suka jemput kamu? Lalu wanita dan anak kecil ini siapa? “ Tanya Tias”
“itu ayah aku, dan almarhum ibu aku dan anak kecil itu aku”
“bentar... deh... kayanya aku kenal ayah kamu, dia Handika Prasetya kan, penulis yang terkenal itu.
“Rea Handika Rasasti Putri”
“Rea maafin Tias ya... Tias gak maksud buat ngejelekin Rea didepan temen satu sekolahan, maafin Tias udah berprasangka buruk sama kamu.
“gak apa – apa kok, Rea enggak pernah benci atau marah sama orang yang udah ngejelikin Rea, Rea maafin.” ucap Rea tersenyum.
“maafin aku juga ya Rea” ucap Ici”
“iya..”
“lalu ini siapa? “ucap Ici sambil menunjukan foto Rea dan seorang Pria”
“namanya Eqy, dia pacar aku satu tahun yang lalu, tapi Eqy udah gak ada, dia dan Ibu udah bahagia dan tenang diatas sana.
“tuh.... kan Tias salah ngomong lagi, maafin Tias lagi ya...
“iya – iya... kalian tuh.. kenapa? Tersenyum semua” ucap Rea sambil memfoto kedua temannya lewat kameran Hpnya”
Tingtong...tongtong... terdengar jelas bunyi bel dirumah Rea. Rea lekas membuka pintu dan... ternyata Devan dan Ical yang datang.
“kalian? Tahu dari siapa rumah aku? “Tanya Rea heran”
“maafin kita berdua ya Rea... kita berdua ngikutin kamu dari rumah sakit samapai sini.
“iya enggak apa – apa, silahkan masuk...
“Rea maafin aku” ucap Devan sambil menarik tangan Rea”
“maaf untuk apa?
“maaf atas salah aku sama kamu selama ini.
“salah kamu? Sama aku? Aku enggak ngerti?
“kenapa semua orang disekolah membicarakan kamu, awalnya dari aku, maafin aku Rea aku gak maksud...
“gak maksud apa? Aku gak akan marah kok, tapi untuk apa kamu berbuat seperti itu? Apa untungnya buat kamu? ucap Rea sambil melepaskan tanganya dari genggaman Devan”
“karena aku sayang kamu”
“sayang? Tahu apa kamu soal sayang?
“gak kan ada yang bisa nahan perasaan aku sama kamu, siapa pun itu, dan aku mohon Rea, maafin aku, dan asal kamu tahu aku sayang sama kamu dari pertama kita bertemu”
“jangan pernah bilang kata sayang tanpa kamu tahu apa sayang itu? Ucap Rea pergi gitu aja” bentak Rea”
“Rea... Rea... aku mohon dengerin aku dulu, aku tahu semuanya Rea, aku tahu, tapi tolong kasih aku kesempatan buat ngejelasinnya, aku sayang sama kamu, aku terima kamu apa adanya walau kamu sakit.
Rea terhentri dan berbalik kepada Devan.
“jangan pernah bilang sayang sama orang yang sebentar lagi menunggu kematianya”
“mati atau hidup itu udah kehendak Tuhan, aku sayang sama kamu walau aku gak bisa selamanya sama kamu, aku iklas kalau memang Tuhan berkehendak lain.
Tiba-tiba Rea meneteskan air mata, Rea tahu gak kan ada seorang pun yang bisa menggantikan Eqy di posisi hatinya, tapi ke jujuran Devan membuat Rea luluh dan membuat Rea terbangun dari kesedihannya selama ini, walau dihati kecilnya Rea masih belum siap menunggu kematianya yang sewaktu-waktu bisa datang kapan saja.

* * *

Rea berjalan menuju kamar utama, ruangan dimana ibunya meninggalkan Rea untuk selama-lamanya. Dia membuka kotak berukiran bungan teratai diatas tempat tidur. Rea menemukan sebuah surat dan kalung bunga teratai. Perlahan dia membuka surat tersebut dan membacanya.

Assalammualaikum. WR.WB

Rea anak ku, jika kamu membaca surat ini, ibu harap kamu jangan menangis, ibu gak mau anak ibu yang paling ibu sayang menangis. Sebelumnya ibu mau minta maaf jika ibu harus meninggalkan kamu, maafkan ibu, jiga ibu tidak ada disamping kamu, kamu harus bisa berdiri sendiri dan tegar menghadapi hidup ini, ibu sayang nak sama kamu, kamu satu – satunya harapan ibu untuk bisa menjaga ayah. kalung yang ada didalam kotak bersama surat ini untuk kamu, ibu ingin sekali melihat kamu mengenakan baju pengantin dan memakai kalung ini disaat hari pernikahan kamu bersama pria pilihan hati kamu, tapi Tuhan berkehendak lain, mungkin ini sudah menjadi suratan takdirnya untuk ibu.
Melihat anaknya tumbuh dewasa dan selalu ada disamping mereka disaat senang maupun sedih, itu adalah tugas seorang ibu kepada anaknya. Maafkan ibu yang tidak bisa selalu ada disamping kamu, tapi hati ibu akan selalu ada untuk kamu.
Jaga diri baik – baik ya nak... jadilah anak yang berbakti, jagalah ayah kamu, ibu akan selalu sayang sama kalian.
Salam sayang

Ibu

* * *

Air mata Rea terus menetes, hatinya sangat terpukul dan merasa berdosa, karena dia tidak bisa menjalankan amanat dari ibunya.
“maafin Rea bu... Rea gak mungkin bisa jaga amanat dari ibu. “ucap Rea meneteskan air mata”
Rea menidurkan dirinya sambil memeluk surat dan memegang kalung bunga teratai pemberian ibunya sambil terus menangis penuh keharuan. Tanpa Rea sadari ayahnya, Ici, Tias, Ical dan Devan menghampiri Rea, ayahnya duduk disebelah Rea menggenggam tangan Rea, ayahnya pun ikut meneteskan air mata sambil melihat anak kesayangannya yang tiba-tiba saja terbaring lemas ditempat tidur almarhum Istrinya.
Rea menaruh surat disebelahnya, lalu membalas genggaman tangan ayahnya, dia menatap wajah ayahnya walau mata Rea terus berair mata. Perlahan mulut Rea berbicara walau tersendak - tersendak karena dia menangis.
“maafin Rea ayah... Rea gak bisa jadi anak yang berbakti sama ayah, maafin semua kesalahan Rea, Rea udah bohong sama ayah, ayah mau kan maafin Rea?
“iya sayang ayah maafin, tapi kamu gak boleh berbicara seperti itu, ayah sayang sama kumu, ayah mohon kamu harus bertahan kamu harus kuat. “ucap ayahnya menangis”
“ini jalan yang terbaik buat Rea ayah, ayah harus ikhlas biarkan Rea dan Ibu tenang, Rea dan Ibu akan selalu ada dihati ayah, sampai kapanpun.
“Rea.. aku mohon kamu harus bertahan, jangan pernah tingggalin ayah kamu, aku, Tias, Ical dan Devan. “ucap Ici
“Cie... semua orang pasti akan meninggal, mungkin cara meninggalnya saja yang berbeda, ini udah jadi garis hidup aku, aku mohon ya... maafin semua salah aku sama kamu, dan aku mohon sama kalian semua, tolong jaga ayah aku, dia orang yang paling aku sayang melebihi siapa pun, jaga ayah aku seperti aku menjaganya” ucap Rea tersenyum kepada Ici”
“Devan makasih kamu udah ada buat aku, walau aku tahu harusnya aku gak boleh sayang sama kamu, karena aku gak layak untuk kamu, jaga diri kamu baik-baik, aku yakin suatu hari nanti kamu akan mendapatkan pujaan hati kamu, maafin semua salah aku” kembali ucap Rea tersenyum”
Diluar sana langit pun ikut menangis, pandangan Rea sudah semakin berat dan dia sudah tidak kuat menahan rasa sakit dikepalanya, perlahan-lahan Rea menutup mata dan tertidur tenang untuk selama - lamanya.
Kini yang tersisa hanyalah sebuah kenangan yang indah maupun yang penuh dengan duka dan air mata. Kenangan dan duka yang akan selalu diingat sampai kapanpun walau penuh dengan tetesan air mata.


^_^.P